"Hidup itu bergerak dinamis, selayaknya ilmu yang terus berkembang. Maka, hiduplah dengan ilmu..."

Sabtu, 06 Oktober 2012

Pentingnya Inovasi E-Learning




Munculnya inovasi e-learning diharapkan akan memberikan banyak manfaat bagi pendidikan. Salah satu manfaat yang diharapkan dapat dirasakan dengan munculnya e-learning ini adalah dapat membantu upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan yang ada, seperti masalah pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi pendidikan, serta peningkatan efektifitas dan efisiensi pendidikan. 

Maka, inovasi e-learning sendiri menjadi dianggap begitu penting dalam mempengaruhi upaya perbaikan dan pengembangan pendidikan. Berikut ini adalah beberapa poin tentang pentingnya inovasi e-learning :
1. Memfasilitasi upaya pemerataan dan kesempatan pendidikan, mengingat e-learning dapat memungkinkan memberikan jangkauan pendidikan yang lebih luas.

2. Membantu peningkatan mutu pendidikan, karena e-learning menerapkan pendidikan berbasis teknologi dan bebas akses. Sehingga, setiap individu memiliki keleluasaan lebih untuk belajar. Inovasi e-learning akan dapat mempengaruhi mutu dalam segi : pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, dana, serta sarana dan prasarana.

3. Mendukung peningkatan efisiensi pendidikan. Jika e-learning mampu didifusikan dengan baik, maka akan dapat mengefisiensikan pembelajaran dalam segi biaya dan waktu.

4. Menciptakan peningkatan efektifitas pendidikan. E-learning akan mendukung pembelajaran yang lebih baik dan tepat guna jika dikelola dengan baik dan tepat.

5. Membantu mewujudkan relevansi pendidikan, baik secara internal maupun eksternal.

Jumat, 05 Oktober 2012

Adopsi Inovasi



Setiap inovasi memiliki beberapa ciri, antara lain seperti yang diungkapkan oleh Mattew B. Miles :
1. Memiliki kekhasan khusus.
2. Memiliki unsur/ciri kebaruan.
3. Melalui program yang terencana.
4. Memiliki tujuan.

Ciri-ciri inovasi tersebut kemudian dikolaborasikan dengan proses difusi dengan maksud agar inovasi yang dihasilkan dapat diadopsi oleh kelompok masyarakat. Maka, tentu harus ada proses pemilihan yang selektif terhadap hasil inovasi yang ada sebelum akhirnya dipilih untuk diujicobakan untuk kemudian diadopsi.

Proses seleksi suatu inovasi yang akan didifusikan agar dapat diadopsi dapat dilakukan dengan beragam cara, tetapi cara mudahnya adalah dengan membuat suatu kriteria seleksi inovasi. Kriteria-kriteria tersebut kemudian dituangkan menjadi syarat-syarat adopsi inovasi, yang antara lain berisi :
1. Ada tujuan inovasi yang jelas.
2. Ada pembagian/deskripsi tugas dari masing-masing komponen inovasi.
3. Ada kejelasan struktur otoritas/kewenangan dari inovasi tersebut.
4. Inovasi tersebut memiliki peraturan dasar/umum yang dapat diterapkan.
5. Inovasi tersebut memiliki pola hubungan informasi yang teruji.

Sumber : Catatan Perkuliahan Inovasi dan Difusi Teknologi Pendidikan tgl 2 Februari 2012, oleh : Dr. H. Dinn Wahyudin, M.A. dan Dr. Laksmi Dewi, M.Pd.
Sumber gambar : Koleksi Pribadi

Rabu, 03 Oktober 2012

Difusi Inovasi E-Learning



E-Learning merupakan salah satu bentuk inovasi dalam dunia pendidikan, maka e-learning akan dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat pendidikan dengan melakukan tahapan difusi inovasi.E-Learning adalah salah satu contoh inovasi yang dinamis, dimana setiap waktu akan dapat terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada. Selain itu, kebutuhan individu untuk belajar dengan cara yang beragam akan turut mempengaruhi dinamika pengembangan jenis dan bentuk inovasi e-learning. Proses difusi inovasi suatu e-learning tidak selalu dapat dipastikan hasilnya, terkadang akan menghasilkan tanggapan yang positif, tetapi bukan tidak mungkin juga akan menghasilkan tanggapan yang negatif. Karena, belum semua masyarakat pendidikan sadar dan terfasilitasi dengan teknologi penunjang e-learning.

Dalam kajian ruang lingkup inovasi pendidikan, inovasi e-learning termasuk ke dalam bentuk inovasi pengembangan media dan sumber belajar. Inovasi e-learning cakupannya adalah skala makro (besar), dimana pelaksanaan inovasinya bersifat luas dan melibatkan banyak pihak. Sebagaimana layaknya bentuk inovasi lainnya, inovasi e-learning juga harus diujicobakan terlebih dahulu baru dapat didesiminasikan.

Inovasi e-learning merupakan salah satu upaya untuk dapat membantu membangun peran pendidikan, dalam membuka kesempatan pembelajaran bagi banyak orang. Inovasi e-learning tidak bersifat gradual, tetapi bersifat evolution. Karena, memang tidak ada sesuatu hal yang memang benar-benar baru, melainkan lebih kepada perbaikan atau perubahan. Oleh karena itu, inovasi e-learning ini dapat terus dikembangkan secara perorangan maupun kelompok/massal. Dan tentunya kembali lagi, bahwa inovasi e-learning dalam bentuk apapun harus disebarluaskan agar dapat memberi manfaat bagi pendidikan secara luas. Maka, dapat disimpulkan bahwa "INNOVATION IS NOTHING WITHOUT DIFFUSION".

PENGERTIAN DIFUSI
Difusi merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk menyebarluaskan suatu ide/gagasan inovasi, dengan menggunakan media tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu pula dalam satu lingkup sistem tatanan sosial masyarakat dan prosesnya berlangsung terus-menerus. Difusi ini memiliki peran sebagai fasilitator bagi suatu inovasi yang dibuat. Jadi, suatu inovasi tidak akan dapat menyebarluas dan dimanfaatkan tanpa adanya proses difusi.

PENGERTIAN INOVASI
Inovasi sendiri dapat diartikan sebagai suatu ide atau gagasan yang dinilai baru dalam suatu kelompok masyarakat, yang nantinya ige/gagasan baru tersebut dapat diadopsi oleh kelompok masyarakat tersebut. Inovasi ini merupakan perubahan, pembaharuan, dan penemuan yang tentunya bersifat disengaja dan berkelanjutan, sehingga inovasi harus direncanakan dan dirancang terlebih dahulu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Gagasan/ide baru sebagai bentuk inovasi ini, diterapkan untuk memprakarsai dan/atau memperbaiki suatu produk maupun jasa. Inovasi memiliki beberapa sifat :
1. Penggantian. 
2. Perubahan.
3. Penambahan.
4. Penghapusan.
5. Penguatan.
6. Penyusunan kembali.

Suatu inovasi yang akan didifusikan, harus melalui beberapa tahapan hingga akhirnya nanti dapat diambil keputusan untuk diterima atau tidak. Tahapan tersebut adalah :
1. Pengetahuan.
2. Bujukan.
3. Pengambilan keputusan.
4. Implementasi.
5. Konfirmasi.


Sumber gambar : Koleksi Pribadi.

Selasa, 02 Oktober 2012

Budaya Belajar Digital dengan E-Learning



E-Learning bisa diibaratkan sebagai suatu lingkaran dalam kehidupan manusia saat ini, dimana e-learning telah melingkupi seluruh bidang kehidupan manusia. Tidak hanya pada dunia bisnis, dunia kerja, dunia ekonomi, tetapi juga telah mempengaruhi lingkup budaya, sosial, bahkan pendidikan.

E-Learning merupakan salah satu contoh langkah pengalihan budaya belajar konvensional ke budaya belajar digital. Tentunya budaya belajar digital saat ini tidak hanya sebatas karena tuntutan, tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap individu mengingat semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi.

Seiring munculnya pengetahuan mengenai ekonomi global, maka muncul pula tuntutan yang lebih tinggi untuk memiliki keterampilan yang lebih banyak agar dapat menghadapi tantangan persaingan yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, muncul dorongan untuk dapat belajar secara mandiri guna meningkatkan keterampilan. Peran teknologi saat ini tidak hanya mempengaruhi dunia bisnis, tetapi juga telah memberi dampak pada dunia pendidikan. Teknologi yang mempengaruhi dunia pendidikan, pada akhirnya memunculkan budaya digital dalam pembelajaran. Contoh budaya digital ini adalah munculnya e-learning atau pembelajaran elektronik.

Dalam pengalihan pendidikan ke dalam budaya digital, dibutuhkan adanya manajemen dan kepemimpinan untuk mengelola kebutuhan kreativitas pada perubahan tersebut. Pengalihan budaya ini juga perlu didukung dengan media sosial dan alat teknologi yang memadai sehingga dapat mendukung konstruk pengetahuan yang berkembang melalui interaksi dan manipulasi objek pembelajaran serta adanya otonomi pebelajar. Oleh karena itu, e-learning perlu mengadopsi sosiologi dan budaya pembelajaran, sehingga e-learning dapat dijadikan sebagai alat untuk interaksi pembelajaran. Dalam kajian e-learning, Coomey & Stephenson (2001) mengidentifikasi empat aspek praktek yang baik dalam penggunaan e-learning, yaitu : terdapat dialog dan percakapan dalam teknologi yang digunakan, melibatkan peserta didik dan mendorong mereka untuk lebih terlibat aktif, memberikan dukungan belajar, dan adanya kontrol peserta didik. Dalam mengembangkan teknologi e-learning perlu menerapkan empat prinsip, yaitu menyenangkan (playfull), ekspresif, reflektif, dan eksplorasi.


Sumber konten :



Chin-Roemer, Robin, DeCrease, Ben, and Gomez, Ricardo. (2011). Journal : Exploring E-Learning Development: Studies of ICT Access and Educational Usage in Latin America. [Online]. Tersedia : http://idv.sagepub.com/content/27/4/280.full.pdf+html. [11 September 2012]

Kidd, Warren. (2012). Journal : Utilising Podcasts for Learning and Teaching: A Review and Ways Forward for E-Learning Cultures. [Online]. Tersedia : http://mie.sagepub.com/content/26/2/52.full.pdf+html. [11 September 2012]

Sumber gambar : Koleksi Pribadi.